Senin, 16 April 2012

senandung kalbu

Saat ku lepas lelahku dalam pembaringan, sejenak ku sisihkan waktu. Sehari ini, kemana saja ku pergi ?? Kemana saja kaki ini melangkah ?? Ada banyak kata yang telah ku ucapkan, ada banyak hal telah ku lakukan. Bahkan hatiku tak diam bersuara di balik dinding-dinding kebisuan. Aku tahu…sedetik pun tak luput dari pengawasan Allah. Mengingat itu aku malu, bahkan terlalu malu untuk berkata jujur pada diriku sendiri.
Mungkin benar..aku mencintai makhluk-Nya. Begitu dalam..hingga selalu ku sebut namanya dalam waktuku. Gelisahku datang memburu.. saat wajah itu menghilang dari hari-hariku. Ku sadari itu, ia begitu menyita perhatianku. Sedangkan aku lalai dari mengingat-Mu. Ingin ku buktikan bahwa aku mencintainya..namun begitu sulit ku lakukan itu kepada-Mu…
Ya Rabb..padahal aku tahu, Kau begitu mencintaiku betapa pun aku sering mengkhianati-Mu..
DALAM DOA
Duduk bersimpuh di hadapan-Mu
Mencoba mendekati-Mu yang terasa jauh
Sujud memohon kehadirat-Mu
Meraih cinta kasih-Mu yang ku harap selalu
Mengangkat kedua tanganku meminta ampunan-Mu
Bercucuran airmataku berharap Kau melihat kesungguhanku
Mencari setitik cahaya-Mu di kegelapan jiwaku
Bergetar bibirku saat mengucapkan nama-Mu dalam doa
Semua pinta ku haturkan kepada-Mu
Semoga Kau mengabulkan semuanya itu
Segala dosa ku katakan kepada-Mu
Semoga Kau mengampuni kelalaianku
Sehingga akan terasa di hati setiap langkahku
Menjalani hari-hariku yang ku tak pernah tahu
SAMPAI KAPANKAH….??


Sabtu, 14 April 2012

shalat berjamaah di masjid bagi wanita

 Allah Ta'ala banyak menyebutkan perkara shalat di dalam kitab-Nya yang mulia dan mengagungkannya serta memerintahkan untuk memelihara dan melaksanakannya dengan berjama’ah. Allah Ta'ala berfirman :

وَاََقِِيْمُوا الصَّلَوةَ وَءَاتُواالزَّكَوةَوَاركَعُوامَعَ الرَّاكِعِينََ
“ Dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ruku’lah beserta orang yang ruku’.” (Q.S.Al-baqarah: 43)

Dalil diatas menunjukkan bahwa shalat jamaah seakan-akan diwajibkan bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun wanita. Padahal tidaklah demikian, karena di dalamnya terdapat beberapa pengecualian dan kekhususan.  Di antara kekhususan itu adalah tidak diwajibkannya shalat jamaah bagi wanita. Hal itu sesuai dengan Ijma (kesepakatan) para ulama.

Imam Nawawi rahimahullah berkata, Shahabat-shahabat kami berkata, “Shalat wanita di suatu tempat di dalam rumahnya yang lebih tertutup adalah lebih afdal.”

Diriwayatkan oleh Imam Hakim dan berkata, “Sanadnya atas syarat Bukhari dan Muslim dan Adz-Dzahabi menyetujuinya.” Rasulullah saw bersabda :
“Sebaik-baik masjid bagi wanita adalah di dalam rumah-rumah mereka.” ( H.R. Ahmad : 6/301, Ibnu Khuzaimah : 3/92 dan Baihaqi : 3A3 )

Kamis, 12 April 2012

Saudah binti Zam'ah ( Muhajiroh dan janda dari seorang Muhajir )

 
Dia adalah Saudah binti Zam’ah bin Qais bin ‘Abdu Syamsi bin ‘Abdud bin Nashir bin Malik bin Khasal bin ‘Amir bin Luay Al Quraisyiyah Al ‘Amiriyah. Ibunya bernama As-Syumus binti Qais bin Zaid Al Anshoriyah dari bani ‘Ady bin Najar. Ia seorang pemimpin yang pandai, agung dan berkedudukan tinggi.
Sebelum masuk islam ia pernah menikah dengan sakran bin amru, saudara laki-laki dari Suhail bin amru. Kemudian masuk islam bersamanya dan hijrah ke habasyah dengannya pula.Lalu Saudah bermimpi dalam tidurnya bahwasanya Rasulullah saw menyentuh lehernya, kemudian Saudah pun mengabarkan hal tersebut kepada Sakran. Lalu Sakran berkata : jikalau mimpimu itu benar, maka sepeninggalku kelak Muhammad akan menikahimu. Disebutkan dalam beberapa periwayatan bahwasanya Sakran bin Amru meninggal di tanah Habasyah sebagai seorang muhajir. Tetapi ada pula yang meriwayatkan bahwa ia kembali ke mekah bersama Saudah dan meninggal sebelum hijrah.
Setelah kematian Sayyidah Khadijah r.a dan kesedihan Rasulullah saw sepeninggalnya, ternyata Rasulullah saw membutuhkan seseorang yang dapat melayani kebutuhannya dan menghiburnya dari kesedihan.Tidak lama berselang, datanglah Khaulah binti Hakim istri dari Utsman bin Madh’un kepada Rasulullah saw dengan penuh keramahan dan kelembutan. Ia mengatakan : Wahai Rasulullah, tidakkah engkau mempunyai keinginan untuk menikah lagi setelah kematian Khadijah r.a ?? Rasulullah saw pun menjawab : (Ya..karena ia adalah ibu dari anggota keluarga dan nyonya rumah). Khaulah lalu berkata : Kalau begitu maka aku akan melamarkannya untukmu. Rasulullah saw menjawab : (Tentu, karena kebanyakan kaum wanita lebih memahami hal itu ).

Sebuah Penantian


Entah angin apa yang membuai hari ini, membuatku berani mencorehkan sesuatu untuk dirimu yang tidak pernah aku kenali sama sekali. Aku tidak pernah berniat untuk memperkenalkan diriku pada siapapun. Apalagi meluahkan sesuatu yang hanya aku khususkan buatmu sebelum tiba masanya. Kehadiran seorang lelaki yang menuntut sesuatu yang ku jaga rapi selama ini semata-mata untukmu, itulah hati dan cintaku, membuatku tersadar dari lenaku yang panjang…
Aku menghalangi diriku dari mengenali lelaki manapun, karena aku tidak mau mengenal lelaki lain selain dirimu. Karena itulah, dengan sekuat hati aku membatasi pergaulanku dengan yang bukan mahram. Aku sering merasa tidak luput dari perhatian lelaki. Aku palingkan wajahku dari lelaki yang asyik memperhatikan wajahku atau yang mencoba untuk merayuku. Karena Aisyah r.a pernah berpesan : “Sebaik-baik wanita adalah yang tidak memandang dan di pandang oleh laki-laki.” Aku tidak ingin di pandang cantik oleh laki-laki. Biarlah aku hanya cantik di matamu. Tidak ada gunanya menjadi idaman para lelaki sedangkan aku hanya akan menjadi milikmu seorang. Aku tidak merasa bangga menjadi rebutan para lelaki, bahkan aku merasa terhina seolah-olah aku adalah barang yang dapat di miliki sesuka hati……
Aku juga tidak ingin ada seseorang yang kecewa karena terlalu mengharapkan sesuatu yang tidak dapat aku berikan. Bagaimana aku harus menjawabnya di hadapan Allah swt kelak ? Aku tidak ingin kau memandang wanita lain, maka akulah yang terlebih dahulu menundukkan pandangan. Aku harus memperbaiki pribadiku karena itulah yang dituntut oleh Allah swt. Bukankah Allah telah menjanjikan bahwa laki-laki yang baik itu untuk perempuan yang baik dan begitu pula sebaliknya ??

Biografi Syaikh Utsaimain


Beliau adalah Abu ‘Abdillah Muhammad bin Sholeh bin Muhammad bin Sulaiman bin ‘Abdirrohman Al Utsaimin Al Wuhaibi At Tamimi. Beliau lahir pada tanggal 27 Ramadhan 1347 H di desa unaizah, salah satu tempat di daerah Qasim Saudi Arabia. Beliau menikah dengan seorang wanita dan dikaruniai 8 orang anak, 5 laki-laki dan 3 perempuan. Nama anak laki-laki beliau adalah : Abdullah, Abdurrohman, Abdul ‘aziz, Abdu zuhaim, dan Ibrahim, sedangkan nama-nama anak perempuan tidak di sebutkan.
Beliau mengikuti jejak para salafus sholeh dalam menuntut ilmu. Beliau mulai menghafal al quranul karim sejak masih kecil dan belajar membaca al quran dengan kakeknya dari jalur ibu yang bernama Syaikh Abdurrohman bin Sulaiman Ad Dhamigh rahimahullah. Kemudian beliau terus melazimi untuk menuntut ilmu dengan seorang mufasir yang bernama Syaikh Abdurrohman bin Nashir As-Sa’adi yang mana beliau adalah guru pertama Syaikh Utsaimin. Syaikh Utsaimin mengatakan bahwa Syaikh Abdurrohman As-Sa’adi banyak memberikan pengaruh pada saya dalam metode pembelajaran, memaparkan ilmu serta pendekatan kepada para murid melalui contoh-contohndan substansi-substansi makna. Syaikh Abdurrohman As-Sa’adi adalah orang yang memiliki akhlaq yang agung dan mulia, sangat mendalam ilmunya dan tekun dalam beribadah.Syaikh Abdurrohman As-Sa’adi adalah orang yang paling baik akhlaqnya yang pernah saya lihat.

Selasa, 10 April 2012

Imam Bukhori


Imam Bukhori adalah salah satu dari enam tokoh penghimpun hadits sahih yang paling terkenal, yaitu: Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam Tirmizi, Imam Nasa’i, dan Imam Ibn Majah.
Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn al-Mughirah ibn Bardizbah. Abu Abdullah Muhammad ibn Ismail, terkenal kemudian sebagai Imam Bukhari, lahir di Bukhara pada 13 Syawal 194 H (21 Juli 810 M), cucu seorang Persia bernama Bardizbah. Kakeknya, Bardizbah, adalah pemeluk Majusi, agama kaumnya. Kemudian putranya, al-Mughirah, memeluk Islam di bawah bimbingan al-Yaman al Ja’fi, gubernur Bukhara. Pada masa itu Wala dinisbahkan kepadanya. Karena itulah ia dikatakan “al-Mughirah al-Jafi.”
Ayah beliau, Ismail, seorang ulama besar ahli hadits. Ia belajar hadits dari Hammad ibn Zayd dan Imam Malik. Riwayat hidupnya telah dipaparkan oleh Ibn Hibban dalam kitab As-Siqat, begitu juga putranya, Imam Bukhari, membuat biografinya dalam at-Tarikh al-Kabir. Ayah Bukhari disamping sebagai orang berilmu, ia juga sangat wara’ (menghindari yang subhat/meragukan dan haram) dan takwa. Diceritakan, bahwa ketika menjelang wafatnya, ia berkata: “Dalam harta yang kumiliki tidak terdapat sedikitpun uang yang haram maupun yang subhat.” Dengan demikian, jelaslah bahwa Bukhari hidup dan terlahir dalam lingkungan keluarga yang berilmu, taat beragama dan wara’. Tidak heran jika ia lahir dan mewrisi sifat-sifat mulia dari ayahnya itu.

My First

Welcome To My Website